Menyajikan berita teknologi informasi terkait gadget, gawai, aplikasi, ponsel, startup, elektronik hingga tips dan trik terbaru terkini.

Tembung Lantip Tegese: Menjelajahi Kata-Kata Tajam dalam Bahasa Jawa

Tembung Lantip Tegese, a captivating exploration into the realm of poignant expressions in the Javanese language, unveils the essence of “tembung lantip” – words that carry a sharp, piercing quality. These words are not merely linguistic tools; they are linguistic weapons, imbued with a depth of meaning that resonates within the very soul of Javanese culture. Through an in-depth examination of their definition, characteristics, functions, and usage, we embark on a journey to understand the power and artistry embedded within these seemingly simple words.

From the everyday conversations of Javanese speakers to the intricate tapestry of Javanese literature, “tembung lantip” weave a rich tapestry of meaning and expression. We will delve into the intricacies of their usage, dissecting their structure and exploring their impact on the Javanese language as a whole. This exploration will reveal the multifaceted nature of “tembung lantip,” highlighting their ability to convey a wide range of emotions, thoughts, and intentions.

Pengertian Tembung Lantip

Tembung lantip tegese

Tembung lantip, dalam bahasa Jawa, merujuk pada ungkapan atau peribahasa yang mengandung makna kiasan, sindiran, atau pesan tersembunyi. Tembung lantip biasanya digunakan dalam konteks percakapan sehari-hari untuk menyampaikan pesan dengan halus dan tidak langsung.

Contoh Tembung Lantip dalam Percakapan Sehari-hari

Tembung lantip sering digunakan dalam percakapan sehari-hari untuk menyampaikan pesan dengan halus dan tidak langsung. Berikut adalah contohnya:

  • “Wong sing ora gelem ngerti, digoleki banyu ing sumur kering” (Orang yang tidak mau mengerti, mencari air di sumur kering). Tembung lantip ini menyindir seseorang yang tidak mau menerima nasihat atau masukan.
  • “Lungguh ing kursi empuk, nganti ngantuk” (Duduk di kursi empuk, sampai mengantuk). Tembung lantip ini menyindir seseorang yang terlalu nyaman dan malas untuk beraktivitas.
  • “Kebo nanging ora ngombe” (Kerbau tapi tidak minum). Tembung lantip ini menyindir seseorang yang memiliki kesempatan tapi tidak memanfaatkannya.

Perbandingan Tembung Lantip dengan Istilah Serupa

Istilah Pengertian Contoh
Tembung Lantip Ungkapan atau peribahasa yang mengandung makna kiasan, sindiran, atau pesan tersembunyi. “Wong sing ora gelem ngerti, digoleki banyu ing sumur kering”
Paribasan Ungkapan tradisional yang mengandung makna kiasan dan bijak. “Banyu bening, ora ngombe” (Air jernih, tidak diminum)
Pepatah Ungkapan bijak yang mengandung nasihat atau petunjuk. “Becik ketitik, ala ketara” (Yang baik akan terlihat, yang buruk akan tampak)

Ciri-Ciri Tembung Lantip

Tembung lantip tegese

Tembung lantip, dalam bahasa Jawa, merujuk pada kata-kata yang memiliki makna tajam, lugas, dan langsung menusuk. Kata-kata ini sering digunakan dalam berbagai konteks, mulai dari percakapan sehari-hari hingga karya sastra. Ketajaman makna yang terkandung dalam tembung lantip menjadikan penggunaan kata ini sangat efektif untuk menyampaikan pesan secara langsung dan membekas di hati pendengar.

Ciri-Ciri Tembung Lantip

Tembung lantip memiliki ciri-ciri khas yang membedakannya dari jenis kata lainnya dalam bahasa Jawa. Berikut adalah beberapa ciri-ciri tembung lantip:

  • Makna yang tajam dan langsung: Tembung lantip biasanya memiliki makna yang tajam dan langsung menusuk. Kata-kata ini tidak bertele-tele dan langsung pada inti pesan yang ingin disampaikan. Contohnya, kata “nggegirisi” yang berarti “menyeramkan” memiliki makna yang langsung dan kuat, dibandingkan dengan kata “nggegirisi” yang berarti “menakutkan” yang memiliki makna yang lebih luas dan kurang spesifik.
  • Penggunaan kata-kata kiasan: Tembung lantip sering menggunakan kata-kata kiasan atau metafora untuk memperkuat makna. Kata-kata kiasan ini dapat berupa perumpamaan, personifikasi, atau hiperbola. Contohnya, kata “atiku remuk” yang berarti “hati saya hancur” menggunakan metafora untuk menggambarkan perasaan sedih dan putus asa.
  • Struktur kalimat yang sederhana: Tembung lantip biasanya menggunakan struktur kalimat yang sederhana dan mudah dipahami. Kalimat-kalimat ini cenderung pendek dan padat, sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima dengan mudah. Contohnya, kalimat “Rasa tresnaku ora bakal ilang” yang berarti “Rasa cintaku tidak akan pernah hilang” memiliki struktur kalimat yang sederhana dan mudah dipahami.
  • Rima dan irama: Tembung lantip sering menggunakan rima dan irama untuk menambah daya tarik dan keindahan. Rima dan irama ini dapat membuat kata-kata lebih mudah diingat dan memberikan kesan yang lebih kuat. Contohnya, dalam tembang macapat, tembung lantip sering digunakan dalam bait-bait yang memiliki rima dan irama tertentu.

Contoh Kalimat Tembung Lantip, Tembung lantip tegese

Berikut adalah contoh kalimat yang menunjukkan ciri-ciri tembung lantip:

Atiku remuk, kaya watu sing diremukke” (Hatiku hancur, seperti batu yang diremukkan)

Kalimat ini menggunakan metafora “remuk” untuk menggambarkan perasaan sedih dan putus asa. Kalimat ini juga memiliki struktur kalimat yang sederhana dan mudah dipahami.

Fungsi Tembung Lantip: Tembung Lantip Tegese

Tembung lantip, dalam bahasa Jawa, memiliki peran penting dalam memperkaya makna dan gaya bahasa. Tembung lantip adalah kata-kata yang memiliki makna kiasan, metafora, atau perumpamaan. Keunikannya terletak pada kemampuannya untuk mengekspresikan makna yang lebih dalam dan nuanced, serta memberikan efek estetis pada kalimat.

Fungsi Utama Tembung Lantip

Fungsi utama tembung lantip dalam bahasa Jawa adalah untuk memperjelas makna dan meningkatkan efektivitas komunikasi. Tembung lantip dapat digunakan untuk:

  • Menyampaikan makna yang lebih kompleks dan nuanced: Tembung lantip dapat digunakan untuk mengekspresikan makna yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata literal. Misalnya, “atiku ngilu” (hati saya sakit) dapat diungkapkan dengan tembung lantip “atiku ambyar” (hati saya hancur). Tembung lantip “ambyar” mengungkapkan rasa sakit yang lebih dalam dan intens dibandingkan dengan “ngilu”.
  • Membuat kalimat lebih menarik dan estetis: Tembung lantip sering digunakan dalam sastra Jawa untuk menambah nilai estetis pada kalimat. Misalnya, dalam puisi Jawa, tembung lantip seperti “kembang srengenge” (bunga matahari) atau “banyu mili” (air mengalir) dapat menciptakan imaji yang indah dan memikat.
  • Memperkuat pesan yang ingin disampaikan: Tembung lantip dapat digunakan untuk memperkuat pesan yang ingin disampaikan. Misalnya, “aku wis ngerti” (saya sudah tahu) dapat diungkapkan dengan tembung lantip “aku wis ngerti selamet” (saya sudah tahu betul). Tembung lantip “selamet” menunjukkan kepastian dan keyakinan yang lebih kuat.

Perkaya Makna dan Gaya Bahasa

Tembung lantip berperan penting dalam memperkaya makna dan gaya bahasa dalam suatu kalimat. Penggunaan tembung lantip yang tepat dapat membuat kalimat lebih hidup, menarik, dan mudah dipahami. Tembung lantip dapat digunakan untuk:

  • Menciptakan metafora: Tembung lantip sering digunakan untuk menciptakan metafora, yaitu perbandingan tidak langsung antara dua hal yang berbeda. Misalnya, “rambute kaya suket” (rambutnya seperti rumput) adalah metafora yang menggambarkan rambut yang tipis dan kasar.
  • Membuat kalimat lebih puitis: Tembung lantip sering digunakan dalam puisi Jawa untuk membuat kalimat lebih puitis dan bermakna. Misalnya, “kembang srengenge” (bunga matahari) adalah tembung lantip yang melambangkan kecantikan dan kehangatan.
  • Menyampaikan makna yang sulit diungkapkan dengan kata-kata literal: Tembung lantip dapat digunakan untuk menyampaikan makna yang sulit diungkapkan dengan kata-kata literal. Misalnya, “atiku ngilu” (hati saya sakit) dapat diungkapkan dengan tembung lantip “atiku ambyar” (hati saya hancur). Tembung lantip “ambyar” mengungkapkan rasa sakit yang lebih dalam dan intens dibandingkan dengan “ngilu”.

Fungsi Tembung Lantip dalam Berbagai Konteks

Konteks Fungsi Tembung Lantip Contoh
Percakapan Sehari-hari Menyampaikan makna yang lebih nuanced dan emosional “Aku ra iso turu” (Saya tidak bisa tidur) dapat diungkapkan dengan “Aku ra iso turu, atiku ngelu” (Saya tidak bisa tidur, hati saya sakit). Tembung lantip “ngelu” mengungkapkan rasa sakit yang lebih dalam dan intens dibandingkan dengan “ra iso turu”.
Sastra Jawa Menciptakan imaji yang indah dan memikat Dalam puisi Jawa, tembung lantip seperti “kembang srengenge” (bunga matahari) atau “banyu mili” (air mengalir) dapat menciptakan imaji yang indah dan memikat.
Pidato Memperkuat pesan yang ingin disampaikan “Kita harus bersatu” dapat diungkapkan dengan “Kita kudu padu, kaya watu sing ora bisa dipecah” (Kita harus bersatu, seperti batu yang tidak bisa dipecah). Tembung lantip “padu” dan “ora bisa dipecah” menunjukkan kekuatan dan kesatuan yang lebih kuat.
Surat Menyampaikan rasa hormat dan kesopanan Dalam surat resmi, tembung lantip seperti “kula nuwun” (saya mohon) atau “sampun kula aturaken” (sudah saya sampaikan) dapat menunjukkan rasa hormat dan kesopanan.

Contoh Tembung Lantip

Tembung lantip, atau kata-kata kiasan dalam bahasa Jawa, merupakan bagian penting dari budaya Jawa. Kata-kata ini memiliki makna tersirat yang lebih dalam daripada makna literalnya, dan sering digunakan untuk menyampaikan pesan secara halus, penuh makna, dan estetis.

Tembung lantip digunakan dalam berbagai konteks, mulai dari percakapan sehari-hari hingga sastra Jawa. Keunikannya terletak pada kemampuannya untuk menyampaikan makna yang kompleks dengan cara yang sederhana dan mudah dipahami.

Contoh Tembung Lantip dalam Bahasa Jawa

Berikut adalah beberapa contoh tembung lantip yang sering digunakan dalam bahasa Jawa:

  • “Nggambar geni” – Bermakna “berbohong”. Tembung lantip ini menggambarkan seseorang yang seperti menggambar api, seolah-olah ada tetapi sebenarnya tidak.
  • “Ngombe banyu langit” – Bermakna “bermimpi”. Tembung lantip ini mengibaratkan seseorang yang sedang minum air langit, yang seolah-olah nyata tetapi sebenarnya tidak mungkin.
  • “Mangan angin” – Bermakna “tidak mendapatkan apa-apa”. Tembung lantip ini menggambarkan seseorang yang makan angin, seolah-olah makan tetapi tidak mendapatkan apa-apa.
  • “Nglumpuk watu” – Bermakna “menumpuk masalah”. Tembung lantip ini menggambarkan seseorang yang seperti menumpuk batu, seolah-olah masalahnya semakin banyak.

Cara Membentuk Frasa dan Kalimat dengan Tembung Lantip

Tembung lantip dapat dipadukan dengan kata lain untuk membentuk frasa atau kalimat yang lebih kompleks. Misalnya:

  • “Wong iku nggambar geni” – Bermakna “Orang itu berbohong”. Tembung lantip “nggambar geni” di sini dipadukan dengan kata “wong” (orang) dan “iku” (itu) untuk membentuk kalimat yang lebih lengkap.
  • “Aku ngombe banyu langit” – Bermakna “Aku bermimpi”. Tembung lantip “ngombe banyu langit” di sini dipadukan dengan kata “aku” (saya) untuk membentuk kalimat yang lebih lengkap.
  • “Dheweke mangan angin” – Bermakna “Dia tidak mendapatkan apa-apa”. Tembung lantip “mangan angin” di sini dipadukan dengan kata “dheweke” (dia) untuk membentuk kalimat yang lebih lengkap.
  • “Kowe nglumpuk watu” – Bermakna “Kamu menumpuk masalah”. Tembung lantip “nglumpuk watu” di sini dipadukan dengan kata “kowe” (kamu) untuk membentuk kalimat yang lebih lengkap.

Tabel Tembung Lantip dan Maknanya

Tembung Lantip Makna
Nggambar geni Berbohong
Ngombe banyu langit Bermimpi
Mangan angin Tidak mendapatkan apa-apa
Nglumpuk watu Menumpuk masalah

Tembung Lantip dalam Sastra Jawa

Tembung lantip tegese

Tembung lantip, atau bahasa kiasan, merupakan salah satu ciri khas sastra Jawa. Tembung lantip berfungsi untuk memperindah dan memperjelas makna dalam karya sastra, sekaligus sebagai alat untuk menyampaikan pesan moral atau nilai-nilai luhur. Penggunaan tembung lantip dalam sastra Jawa sangat beragam, mulai dari peribahasa, parikan, tembang, hingga cerita rakyat.

Penggunaan Tembung Lantip dalam Karya Sastra Jawa

Dalam karya sastra Jawa, tembung lantip digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain:

  • Memperindah Bahasa: Tembung lantip dapat membuat bahasa sastra Jawa lebih indah, puitis, dan menarik untuk dibaca.
  • Memperjelas Makna: Tembung lantip dapat membantu memperjelas makna yang ingin disampaikan penulis.
  • Menyampaikan Pesan Moral: Tembung lantip dapat digunakan untuk menyampaikan pesan moral atau nilai-nilai luhur yang ingin ditanamkan kepada pembaca.
  • Meningkatkan Daya Ingat: Tembung lantip, terutama peribahasa, seringkali mudah diingat dan dapat digunakan sebagai alat untuk mengingat pelajaran atau pesan moral.

Contoh Tembung Lantip dalam Karya Sastra Jawa

Berikut adalah contoh kutipan dari karya sastra Jawa yang menggunakan tembung lantip:

Wong kang ora gelem ngerti, kaya dene kebo ngombe banyu

Kutipan di atas berasal dari peribahasa Jawa yang memiliki makna “Orang yang tidak mau mengerti, seperti kerbau minum air.” Dalam peribahasa ini, “kebo ngombe banyu” merupakan tembung lantip yang menggambarkan orang yang tidak mau mengerti atau belajar. Kerbau yang minum air hanya akan menelan air tanpa mengunyahnya, sama seperti orang yang tidak mau mengerti atau belajar. Peribahasa ini mengandung pesan moral agar kita selalu mau belajar dan mengerti, dan tidak menjadi seperti kerbau yang hanya menelan air tanpa mengunyahnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *