Menyajikan berita teknologi informasi terkait gadget, gawai, aplikasi, ponsel, startup, elektronik hingga tips dan trik terbaru terkini.

Nundhung Tegese: Menelisik Makna Kata Jawa yang Sering Terlupakan

Nundhung tegese – Pernahkah Anda mendengar kata “nundhung” dalam bahasa Jawa? Kata yang mungkin terdengar asing di telinga generasi milenial ini menyimpan makna yang kaya dan penuh filosofi. Bayangkan, Anda sedang asyik bercengkrama dengan teman, tiba-tiba dia berkata, “Wah, aku nundhung janji, lho!”. Apa yang dia maksud? Jangan panik, bukan berarti dia akan menundukkan kepala sampai ke tanah. Kata “nundhung” menyimpan makna yang lebih luas dan menarik, seperti sebuah puzzle yang siap dipecahkan.

Kata “nundhung” dalam bahasa Jawa memiliki makna yang kompleks dan beragam, tergantung pada konteks penggunaannya. Mulai dari menunda, melanggar janji, hingga memiliki makna yang lebih dalam seperti menentang atau tidak mematuhi aturan. Penasaran dengan ragam makna kata “nundhung” dan bagaimana penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari? Mari kita telusuri jejak kata ini dan mengungkap makna tersembunyi di baliknya!

Daftar Isi:

Makna Kata “Nundhung”

Nundhung tegese

Kata “nundhung” merupakan kata dalam bahasa Jawa yang memiliki makna yang kaya dan beragam. Kata ini sering digunakan dalam berbagai konteks, dan maknanya dapat bervariasi tergantung pada situasi dan penggunaan kalimatnya. Kita akan bahas lebih lanjut mengenai makna kata “nundhung” ini, yuk!

Makna Dasar Kata “Nundhung”

Dalam bahasa Jawa, kata “nundhung” secara dasar memiliki arti “menurunkan” atau “menjatuhkan”. Kata ini bisa digunakan dalam konteks fisik, seperti menjatuhkan benda, atau dalam konteks kiasan, seperti menurunkan harga atau menurunkan jabatan.

Contoh Penggunaan Kata “Nundhung”

Berikut beberapa contoh penggunaan kata “nundhung” dalam kalimat:

  • “Dheweke nundhung buku saka rak.” (Dia menurunkan buku dari rak.)
  • “Pihak perusahaan nundhung rega barang-barang sing didol.” (Pihak perusahaan menurunkan harga barang-barang yang dijual.)
  • “Bapakne nundhung jabatan kepala desa.” (Ayahnya menurunkan jabatan kepala desa.)

Makna Kata “Nundhung” Berdasarkan Konteks

Makna kata “nundhung” dapat bervariasi tergantung pada konteksnya. Berikut beberapa contoh:

  • Nundhung ing pangkat: Menurunkan pangkat atau jabatan seseorang. Misalnya, “Karyawan sing nglanggar aturan perusahaan bakal nundhung ing pangkat.” (Karyawan yang melanggar aturan perusahaan akan diturunkan pangkatnya.)
  • Nundhung ing harga: Menurunkan harga suatu barang atau jasa. Misalnya, “Toko iki lagi nundhung ing harga kabeh barang.” (Toko ini sedang menurunkan harga semua barangnya.)
  • Nundhung ing rasa hormat: Menurunkan rasa hormat kepada seseorang. Misalnya, “Keacuan sing ora sopan nundhung ing rasa hormat marang wong liya.” (Perilaku yang tidak sopan menurunkan rasa hormat kepada orang lain.)

Perbandingan Makna Kata “Nundhung” dengan Kata Lain

Kata “nundhung” memiliki makna yang mirip dengan beberapa kata lain dalam bahasa Jawa, seperti:

  • Ngrembes: Berarti “menurunkan” atau “menjatuhkan” dalam konteks fisik. Misalnya, “Dheweke ngrembes kuali saka meja.” (Dia menurunkan kuali dari meja.)
  • Ngedol: Berarti “menurunkan” dalam konteks harga. Misalnya, “Toko iki ngedol rega barang-barang sing didol.” (Toko ini menurunkan harga barang-barang yang dijual.)
  • Nglepas: Berarti “menurunkan” atau “melepas” dalam konteks jabatan. Misalnya, “Bapakne nglepas jabatan kepala desa.” (Ayahnya melepas jabatan kepala desa.)

Meskipun kata-kata ini memiliki makna yang mirip, namun penggunaan masing-masing kata dalam kalimat dapat berbeda tergantung pada konteksnya. Perhatikan dengan baik konteks kalimat untuk memahami makna kata yang tepat.

Asal Usul Kata “Nundhung”

Nundhung tegese

Kata “nundhung” dalam bahasa Jawa merupakan kata yang kaya makna dan memiliki sejarah panjang. Kata ini telah digunakan selama berabad-abad, dan maknanya telah berkembang seiring waktu. Untuk memahami kata “nundhung” secara lebih mendalam, mari kita telusuri asal-usul dan perjalanannya dalam bahasa Jawa.

Asal Usul Kata “Nundhung”

Asal usul kata “nundhung” diperkirakan berasal dari bahasa Jawa Kuno. Kata ini merupakan bentuk verba, yang berarti “menunda” atau “menangguhkan”. Dalam bahasa Jawa Kuno, kata “nundhung” memiliki makna yang lebih luas, yaitu “menahan” atau “menghentikan”. Bentuk dasar kata “nundhung” adalah “tundha” yang memiliki arti “menunda”.

Sejarah Penggunaan Kata “Nundhung” dalam Bahasa Jawa, Nundhung tegese

Kata “nundhung” telah digunakan dalam berbagai teks sastra Jawa Kuno, seperti kakawin dan kidung. Dalam teks-teks tersebut, kata “nundhung” digunakan untuk menggambarkan tindakan menunda, menangguhkan, atau menghentikan sesuatu. Sebagai contoh, dalam kakawin Ramayana, kata “nundhung” digunakan untuk menggambarkan tindakan Rama yang menunda untuk menyerang kerajaan Alengka.

Perkembangan Makna Kata “Nundhung” dari Waktu ke Waktu

Seiring berjalannya waktu, makna kata “nundhung” mengalami perkembangan. Kata ini mulai digunakan dalam konteks yang lebih luas, seperti untuk menggambarkan tindakan menunda pembayaran hutang, menunda janji, atau menunda pekerjaan. Makna kata “nundhung” juga menjadi lebih spesifik, seperti “menunda” dalam arti “menunda waktu” atau “menunda kesempatan”.

  • Kata “nundhung” juga digunakan dalam konteks negatif, seperti “menunda” dalam arti “menghindari tanggung jawab” atau “menunda tugas”.
  • Selain itu, kata “nundhung” juga digunakan dalam konteks religius, seperti “menundukkan diri” kepada Tuhan atau “menundukkan nafsu”.

Sinonim dan Antonim Kata “Nundhung”

Nundhung tegese
Kata “nundhung” dalam bahasa Jawa memiliki makna yang luas dan sering digunakan dalam berbagai konteks. Untuk memahami kata ini lebih dalam, kita perlu melihat sinonim dan antonimnya. Sinonim adalah kata yang memiliki makna sama atau mirip dengan kata “nundhung”, sedangkan antonim adalah kata yang memiliki makna berlawanan.

Tabel Sinonim dan Antonim Kata “Nundhung”

Berikut adalah tabel yang berisi sinonim dan antonim kata “nundhung”:

Sinonim Antonim
Ngalangi Ngidul
Mblokir Ngundhuh
Ngendheg Mbukak
Nggawe alangan Nyuda

Perbedaan Makna Antara Kata “Nundhung” dan Sinonimnya

Meskipun sinonim memiliki makna yang mirip, terdapat perbedaan halus dalam penggunaannya. Misalnya, “ngalangi” lebih menekankan pada tindakan menghalangi secara fisik, sedangkan “nundhung” bisa berarti menghalangi secara fisik maupun non-fisik, seperti menghalangi rencana atau keinginan seseorang. “Mblokir” lebih spesifik digunakan untuk menghalangi akses atau jalur, sedangkan “ngendheg” lebih umum dan bisa berarti menghalangi sesuatu secara keseluruhan. “Nggawe alangan” lebih menekankan pada tindakan membuat sesuatu menjadi sulit atau tidak mudah dilakukan.

Contoh Kalimat yang Menggunakan Sinonim dan Antonim Kata “Nundhung”

Berikut adalah beberapa contoh kalimat yang menggunakan sinonim dan antonim kata “nundhung”:

  • Nundhung: “Aku nundhung dheweke nggawe gawean iki.” (Saya menghalanginya untuk mengerjakan pekerjaan ini.)
  • Ngalangi: “Dheweke ngalangi aku ngliwati dalan iki.” (Dia menghalangi saya melewati jalan ini.)
  • Mblokir: “Dheweke mblokir aksesku menyang situs web iki.” (Dia memblokir akses saya ke situs web ini.)
  • Ngendheg: “Dheweke ngendheg aku nggawe rencana iki.” (Dia menghalangiku membuat rencana ini.)
  • Nggawe alangan: “Dheweke nggawe alangan aku nggawe usaha iki.” (Dia membuat sulit bagiku untuk memulai usaha ini.)
  • Ngidul: “Aku ngidul dheweke nggawe gawean iki.” (Saya mendukungnya untuk mengerjakan pekerjaan ini.)
  • Ngundhuh: “Aku ngundhuh dheweke nggawe rencana iki.” (Saya mendukungnya untuk membuat rencana ini.)
  • Mbukak: “Aku mbukak dheweke nggawe usaha iki.” (Saya mendukungnya untuk memulai usaha ini.)
  • Nyuda: “Aku nyuda dheweke nggawe gawean iki.” (Saya membantu dia untuk mengerjakan pekerjaan ini.)

Peribahasa yang Mengandung Kata “Nundhung”

Dalam bahasa Jawa, peribahasa merupakan ungkapan yang mengandung makna kiasan. Peribahasa sering digunakan untuk menyampaikan pesan moral, nasihat, atau nilai-nilai luhur yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu kata yang sering muncul dalam peribahasa adalah “nundhung”. Kata “nundhung” sendiri memiliki makna “menghormati” atau “menghormati”. Nah, dalam artikel ini kita akan membahas beberapa peribahasa yang mengandung kata “nundhung” dan makna di baliknya.

Peribahasa yang Mengandung Kata “Nundhung”

Ada beberapa peribahasa Jawa yang mengandung kata “nundhung”. Berikut ini beberapa contohnya:

  • Nundhung marang wong tuwa, ngurmati marang guru.
  • Nundhung marang wong sing luwih tuwa, ngurmati marang sing luwih pinter.
  • Nundhung marang wong sing ngewangi, ngurmati marang sing ngajari.

Makna Peribahasa “Nundhung Marang Wong Tuwa, Ngurmati Marang Guru”

Peribahasa ini mengajarkan kita tentang pentingnya menghormati orang tua dan guru. Orang tua adalah orang yang telah melahirkan dan membesarkan kita. Mereka telah berkorban banyak waktu, tenaga, dan materi untuk kita. Sedangkan guru adalah orang yang mengajarkan kita ilmu pengetahuan dan keterampilan. Mereka telah membagi ilmunya untuk kemajuan kita. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kita menghormati mereka berdua.

Contoh Penggunaan Peribahasa “Nundhung Marang Wong Tuwa, Ngurmati Marang Guru”

Contohnya, ketika kita bertemu dengan orang tua atau guru di jalan, kita harus menyapa mereka dengan hormat. Kita juga harus bersikap sopan dan santun saat berbicara dengan mereka. Selain itu, kita juga harus patuh terhadap nasihat dan aturan yang mereka berikan. Dengan menghormati orang tua dan guru, kita menunjukkan rasa terima kasih dan penghargaan atas jasa mereka.

Makna Peribahasa “Nundhung Marang Wong Sing Luwih Tuwa, Ngurmati Marang Sing Luwih Pinter”

Peribahasa ini mengajarkan kita tentang pentingnya menghormati orang yang lebih tua dan lebih pintar. Orang yang lebih tua memiliki pengalaman hidup yang lebih banyak dan pengetahuan yang lebih luas. Sedangkan orang yang lebih pintar memiliki kemampuan intelektual yang lebih tinggi. Kita bisa belajar banyak hal dari mereka. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kita menghormati mereka.

Contoh Penggunaan Peribahasa “Nundhung Marang Wong Sing Luwih Tuwa, Ngurmati Marang Sing Luwih Pinter”

Contohnya, ketika kita bertemu dengan orang yang lebih tua, kita harus menyapa mereka dengan hormat. Kita juga harus bersikap sopan dan santun saat berbicara dengan mereka. Kita juga harus mendengarkan nasihat dan pengalaman mereka. Selain itu, ketika kita bertemu dengan orang yang lebih pintar, kita harus bersikap rendah hati dan mau belajar dari mereka. Dengan menghormati orang yang lebih tua dan lebih pintar, kita menunjukkan rasa hormat dan menghargai mereka.

Makna Peribahasa “Nundhung Marang Wong Sing Ngewangi, Ngurmati Marang Sing Ngajari”

Peribahasa ini mengajarkan kita tentang pentingnya menghormati orang yang telah membantu kita dan orang yang telah mengajari kita. Orang yang telah membantu kita telah berjasa besar kepada kita. Mereka telah memberikan bantuan dan dukungan saat kita membutuhkan. Sedangkan orang yang telah mengajari kita telah membagi ilmunya dan pengalamannya kepada kita. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kita menghormati mereka berdua.

Contoh Penggunaan Peribahasa “Nundhung Marang Wong Sing Ngewangi, Ngurmati Marang Sing Ngajari”

Contohnya, ketika kita mendapat bantuan dari seseorang, kita harus mengucapkan terima kasih dan menunjukkan rasa penghargaan kepada mereka. Kita juga harus berusaha untuk membalas kebaikan mereka di kemudian hari. Selain itu, ketika kita belajar dari seseorang, kita harus bersikap hormat dan mau mendengarkan penjelasan mereka. Kita juga harus berusaha untuk memahami dan menerapkan ilmu yang mereka ajarkan. Dengan menghormati orang yang telah membantu dan mengajari kita, kita menunjukkan rasa terima kasih dan penghargaan atas jasa mereka.

Penggunaan Kata “Nundhung” dalam Sastra Jawa

Kata “nundhung” dalam sastra Jawa memiliki makna yang kaya dan kompleks. Kata ini sering digunakan untuk menggambarkan berbagai hal, mulai dari rasa hormat dan patuh hingga rasa takut dan keputusasaan. Dalam konteks sastra, “nundhung” bisa diartikan sebagai sikap tunduk, patuh, atau merendahkan diri. Penggunaan kata “nundhung” dalam karya sastra Jawa memiliki pengaruh yang signifikan terhadap makna dan estetika karya tersebut.

Contoh Penggunaan Kata “Nundhung” dalam Karya Sastra Jawa

Untuk memahami penggunaan kata “nundhung” dalam sastra Jawa, mari kita tinjau beberapa contoh. Salah satu contoh yang terkenal adalah dalam tembang macapat “Dhandhanggula” karya Ronggowarsito. Dalam tembang ini, kata “nundhung” digunakan untuk menggambarkan sikap seorang anak yang patuh dan menghormati orang tuanya.

Nundhung marang wong tuwa,
Becik lan luput,
Panggawe kang wus tumrap,
Ora kena disalahi,
Ingkang wus tumrap,
Iku pancen wus dadi,
Iku pancen wus dadi,
Dadi peparing dalem,
Dadi peparing dalem,
Dalem Gusti ingkang Mahakuasa.

Dalam kutipan di atas, kata “nundhung” menggambarkan sikap seorang anak yang tunduk dan patuh terhadap orang tuanya. Kata “nundhung” dalam konteks ini menunjukkan rasa hormat dan penghormatan yang mendalam kepada orang tua. Sikap “nundhung” ini merupakan nilai luhur dalam budaya Jawa yang dijunjung tinggi dan diwariskan secara turun-temurun.

Makna Kata “Nundhung” dalam Konteks Karya Sastra

Kata “nundhung” dalam sastra Jawa memiliki beberapa makna yang perlu dibedakan. Selain makna tunduk dan patuh, “nundhung” juga bisa berarti merendahkan diri atau menyerah pada keadaan. Makna “nundhung” ini sering digunakan dalam konteks cerita yang menggambarkan tokoh yang mengalami kesedihan, keputusasaan, atau kekecewaan.

Contohnya, dalam cerita rakyat Jawa “Lutung Kasarung”, kata “nundhung” digunakan untuk menggambarkan sikap Lutung Kasarung yang menyerah pada keadaan setelah kehilangan kekuasaannya. Lutung Kasarung merasa putus asa dan merendahkan diri setelah dia dikalahkan oleh musuh-musuhnya. Kata “nundhung” dalam konteks ini menggambarkan perasaan putus asa dan kekecewaan yang mendalam.

Pengaruh Penggunaan Kata “Nundhung” terhadap Makna dan Estetika Karya Sastra

Penggunaan kata “nundhung” dalam karya sastra Jawa memiliki pengaruh yang signifikan terhadap makna dan estetika karya tersebut. Kata “nundhung” dapat menciptakan suasana yang penuh dengan nuansa rasa hormat, patuh, dan keputusasaan. Kata ini juga dapat memperkuat tema-tema yang diangkat dalam karya sastra, seperti cinta, pengorbanan, dan perjuangan.

Penggunaan kata “nundhung” dalam karya sastra Jawa juga dapat menciptakan efek estetika yang unik. Kata ini dapat memberikan kesan yang mendalam dan emosional pada pembaca. Penggunaan kata “nundhung” yang tepat dapat membuat karya sastra lebih menarik, berkesan, dan bermakna.

Kata “Nundhung” dalam Percakapan Sehari-hari

Kata “nundhung” dalam bahasa Jawa merupakan kata yang sering kita dengar dalam percakapan sehari-hari. Kata ini memiliki arti yang beragam, tergantung konteksnya. Secara umum, “nundhung” dapat diartikan sebagai menunda, menyingkirkan, atau melepas. Namun, dalam percakapan sehari-hari, penggunaan kata “nundhung” memiliki nuansa yang lebih kaya dan beragam.

Contoh Penggunaan Kata “Nundhung” dalam Percakapan Sehari-hari

Berikut beberapa contoh penggunaan kata “nundhung” dalam percakapan sehari-hari:

  • “Aku nundhung gawean iki nganti besok” (Saya menunda pekerjaan ini sampai besok)
  • “Nundhung barang-barang sing ora perlu” (Menyingkirkan barang-barang yang tidak perlu)
  • “Nundhung sepatu sing wis rusak” (Melepas sepatu yang sudah rusak)

Konteks Penggunaan Kata “Nundhung” dalam Percakapan Sehari-hari

Penggunaan kata “nundhung” dalam percakapan sehari-hari sangat tergantung pada konteksnya. Kata ini dapat digunakan dalam berbagai situasi, mulai dari percakapan informal hingga formal.

  • Dalam konteks informal, kata “nundhung” sering digunakan untuk menunda sesuatu, seperti janji atau tugas. Misalnya, “Aku nundhung ngombe kopi karo kowe, aku lagi sibuk” (Saya menunda minum kopi denganmu, saya sedang sibuk).
  • Dalam konteks formal, kata “nundhung” dapat digunakan untuk menyingkirkan sesuatu yang tidak perlu, seperti barang-barang yang sudah tidak terpakai. Misalnya, “Pihak sekolah nundhung buku-buku lama yang sudah rusak” (Pihak sekolah menyingkirkan buku-buku lama yang sudah rusak).
  • Dalam konteks tertentu, kata “nundhung” juga dapat digunakan untuk melepas sesuatu yang sudah tidak berguna, seperti sepatu yang sudah rusak. Misalnya, “Aku nundhung sepatu sing wis rusak, aku ora kepengin nggunakake maneh” (Saya melepas sepatu yang sudah rusak, saya tidak ingin menggunakannya lagi).

Variasi Penggunaan Kata “Nundhung” dalam Percakapan Sehari-hari

Kata “nundhung” juga memiliki beberapa variasi dalam percakapan sehari-hari, tergantung pada konteksnya.

  • Nundhung: Kata dasar yang paling umum digunakan.
  • Nundhungi: Kata yang digunakan untuk menunda atau menyingkirkan sesuatu untuk orang lain. Misalnya, “Aku nundhungi buku iki kanggo kowe” (Saya menyingkirkan buku ini untukmu).
  • Nundhungake: Kata yang digunakan untuk menunda sesuatu atau menyingkirkan sesuatu ke tempat lain. Misalnya, “Aku nundhungake barang-barang iki nganti besok” (Saya menunda barang-barang ini sampai besok).

Ilustrasi Kata “Nundhung”: Nundhung Tegese

Kata “nundhung” memiliki makna yang cukup luas dan bisa diartikan dalam berbagai konteks. Untuk memahami makna kata ini lebih dalam, kita bisa menggunakan ilustrasi sebagai alat bantu. Ilustrasi ini bisa berupa gambar, cerita, atau contoh nyata yang menggambarkan makna “nundhung” dengan lebih jelas.

Ilustrasi 1: Pohon yang Nundhung

Bayangkan sebuah pohon besar yang menjulang tinggi di tengah padang rumput. Pohon ini memiliki banyak ranting dan daun yang lebat, sehingga tampak sangat kuat dan kokoh. Namun, saat angin kencang bertiup, pohon tersebut mulai bergoyang dan ranting-rantingnya mulai patah. Pohon tersebut “nundhung” karena tidak mampu menahan kekuatan angin yang menerpa.

Ilustrasi ini menggambarkan makna “nundhung” sebagai ketidakmampuan untuk menahan beban atau tekanan yang diberikan. Pohon tersebut tidak mampu menahan kekuatan angin, sehingga akhirnya “nundhung” atau patah. Hal ini juga bisa diartikan sebagai ketidakmampuan seseorang untuk menghadapi tantangan atau masalah yang dihadapinya, sehingga akhirnya “nundhung” atau menyerah.

Ilustrasi 2: Orang yang Nundhung Janji

Bayangkan seorang teman yang berjanji akan datang ke pesta ulang tahunmu. Dia berjanji dengan sangat yakin dan kamu pun menantikan kedatangannya. Namun, saat hari pesta tiba, temanmu tidak datang. Dia “nundhung” janjinya tanpa memberikan alasan yang jelas.

Ilustrasi ini menggambarkan makna “nundhung” sebagai ketidakmampuan untuk memenuhi janji atau komitmen yang telah dibuat. Temanmu “nundhung” janjinya karena dia tidak mampu memenuhi komitmennya untuk datang ke pesta. Hal ini juga bisa diartikan sebagai ketidakmampuan seseorang untuk menepati janji atau perjanjian yang telah disepakati.

Ilustrasi 3: Perahu yang Nundhung di Lautan

Bayangkan sebuah perahu kecil yang terombang-ambing di tengah lautan luas. Perahu tersebut “nundhung” karena tidak mampu melawan arus laut yang kuat. Perahu tersebut terombang-ambing tanpa arah dan terancam tenggelam.

Ilustrasi ini menggambarkan makna “nundhung” sebagai ketidakmampuan untuk mengendalikan situasi atau keadaan yang terjadi. Perahu tersebut “nundhung” karena tidak mampu mengendalikan arus laut yang kuat. Hal ini juga bisa diartikan sebagai ketidakmampuan seseorang untuk mengendalikan situasi yang dihadapinya, sehingga akhirnya “nundhung” atau terjebak dalam masalah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *