Menyajikan berita teknologi informasi terkait gadget, gawai, aplikasi, ponsel, startup, elektronik hingga tips dan trik terbaru terkini.

Ngupaya Tegese: Makna dan Aplikasi dalam Kehidupan Jawa

Eh, pernah dengar istilah “ngupaya tegese”? Bagi anak Pontianak, mungkin asing di telinga. Tapi bagi orang Jawa, istilah ini udah kayak nasi padang, wajib ada dalam kehidupan! Ngomong-ngomong soal “ngupaya”, ini bukan cuma soal berusaha biasa, lho. Di balik kata ini tersimpan makna mendalam tentang filosofi, budaya, dan semangat hidup orang Jawa.

Nah, buat yang penasaran, mari kita kupas tuntas “ngupaya tegese” mulai dari makna kata, aspek filosofis, penerapannya dalam sastra dan kehidupan sehari-hari. Dijamin, kamu bakal ngerti lebih dalam tentang budaya Jawa dan filosofi yang terkandung di dalamnya!

Makna Kata “Ngupaya”

Ngupaya tegese

Kata “ngupaya” dalam bahasa Jawa merupakan kata kerja yang memiliki makna berusaha atau mencoba melakukan sesuatu. Kata ini sering digunakan dalam konteks mencapai tujuan atau menyelesaikan masalah. Kata “ngupaya” menunjukkan tekad dan usaha yang dilakukan seseorang untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Contoh Kalimat, Ngupaya tegese

Berikut adalah contoh kalimat yang menggunakan kata “ngupaya” dan penjelasan konteks penggunaannya:

  • Aku ngupaya golek solusi kanggo masalah iki” (Saya berusaha mencari solusi untuk masalah ini).

    Kalimat ini menunjukkan bahwa seseorang sedang berusaha mencari solusi untuk masalah yang dihadapinya. Kata “ngupaya” menunjukkan bahwa orang tersebut sedang aktif mencari jalan keluar.

Sinonim dan Antonim

Kata “ngupaya” memiliki beberapa sinonim dalam bahasa Jawa, seperti:

  • Usaha
  • Nyoba
  • Nglumpuk
  • Nggawe gawe

Sedangkan antonim dari kata “ngupaya” adalah:

  • Nyerah
  • Pasrah
  • Ngenteni

Perbedaan Makna dengan Kata Sejenis

Kata Makna Contoh Kalimat
Ngupaya Berusaha atau mencoba melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan. Aku ngupaya golek solusi kanggo masalah iki” (Saya berusaha mencari solusi untuk masalah ini).
Nyoba Melakukan sesuatu untuk melihat hasilnya. Aku nyoba nggawe kue iki” (Saya mencoba membuat kue ini).
Nglumpuk Berusaha mengumpulkan sesuatu. Wong-wong nglumpuk duit kanggo tuku hadiah” (Orang-orang mengumpulkan uang untuk membeli hadiah).
Nggawe gawe Berusaha keras atau bekerja keras. Dheweke nggawe gawe kanggo ngrampungake proyek iki” (Dia bekerja keras untuk menyelesaikan proyek ini).

Aspek Filosofis “Ngupaya”

Ngupaya tegese

Konsep “ngupaya” dalam filosofi Jawa bukan sekadar upaya atau usaha, melainkan refleksi dari nilai-nilai luhur budaya Jawa yang menekankan pentingnya proses, tekad, dan dedikasi dalam mencapai tujuan. “Ngupaya” menjadi landasan filosofis bagi masyarakat Jawa dalam menjalani kehidupan, di mana setiap langkah dan tindakan diiringi dengan kesadaran akan tanggung jawab dan komitmen terhadap nilai-nilai luhur.

Hubungan “Ngupaya” dengan Nilai-Nilai Luhur Budaya Jawa

Konsep “ngupaya” memiliki hubungan erat dengan nilai-nilai luhur budaya Jawa seperti “ngati-ati” dan “ngasorake”. “Ngati-ati” berarti berhati-hati, penuh pertimbangan, dan menghindari tindakan gegabah. Hal ini sejalan dengan “ngupaya” yang menuntut kesabaran, ketekunan, dan perencanaan matang dalam mencapai tujuan. Sementara “ngasorake” yang berarti rendah hati, tidak sombong, dan menghormati orang lain, menekankan pentingnya proses “ngupaya” yang dilakukan dengan penuh kesederhanaan dan kerendahan hati.

Penerapan “Ngupaya” dalam Kehidupan Sehari-hari

  • Dalam bidang pendidikan, “ngupaya” diwujudkan melalui tekad untuk belajar dan menyerap ilmu dengan sungguh-sungguh. Siswa Jawa yang “ngupaya” akan menunjukkan ketekunan dalam belajar, kehausan akan pengetahuan, dan semangat untuk terus berkembang.
  • Dalam bidang pekerjaan, “ngupaya” diwujudkan melalui dedikasi dan profesionalitas. Pekerja Jawa yang “ngupaya” akan menunjukkan komitmen terhadap tugas, tanggung jawab atas pekerjaan, dan semangat untuk memberikan hasil terbaik.
  • Dalam kehidupan sosial, “ngupaya” diwujudkan melalui sikap saling menghormati, toleransi, dan gotong royong. Masyarakat Jawa yang “ngupaya” akan menunjukkan sikap saling peduli, membantu sesama, dan menjaga kerukunan dalam lingkungan sosial.

Kutipan Bijak tentang “Ngupaya”

“Wong Jawa sing ngupaya bakal ngerti yen kesabaran lan ketekunan iku kunci kanggo nggayuh cita-cita.” – Ki Hajar Dewantara

“Ngupaya” dalam Sastra Jawa

Ngupaya tegese

Kata “ngupaya” dalam bahasa Jawa memiliki makna yang kaya dan multidimensi. Kata ini tidak hanya mencerminkan tindakan berusaha atau mencoba, tetapi juga mengandung nuansa filosofis yang mendalam tentang proses pencapaian tujuan. Dalam konteks sastra Jawa, “ngupaya” menjadi simbol penting yang merefleksikan nilai-nilai luhur seperti ketekunan, kesabaran, dan semangat pantang menyerah. Kata ini hadir dalam berbagai bentuk karya sastra Jawa, mulai dari puisi hingga cerita rakyat, dan memainkan peran penting dalam membangun narasi dan pesan moral yang ingin disampaikan.

Karya Sastra Jawa yang Memuat Kata “Ngupaya”

Kata “ngupaya” dapat ditemukan dalam berbagai karya sastra Jawa, baik klasik maupun modern. Beberapa contoh karya sastra Jawa yang memuat kata “ngupaya” antara lain:

  • Serat Centhini: Karya sastra Jawa klasik ini memuat banyak contoh penggunaan kata “ngupaya” dalam konteks perjalanan spiritual dan pencarian jati diri. Serat Centhini menggambarkan bagaimana tokoh-tokohnya berusaha mencapai pencerahan dan kebahagiaan melalui berbagai upaya dan pengorbanan.
  • Kakawin Ramayana: Dalam kakawin ini, kata “ngupaya” digunakan untuk menggambarkan usaha Rama dalam menyelamatkan istrinya, Shinta, dari tangan Rahwana. Rama “ngupaya” dengan gigih dan penuh tekad untuk mencapai tujuannya, yaitu membebaskan Shinta dan mengembalikannya ke sisi.
  • Cerita Rakyat Jawa: Banyak cerita rakyat Jawa yang memuat kata “ngupaya” dalam konteks perjuangan tokoh-tokohnya untuk mengatasi berbagai rintangan dan mencapai tujuan. Misalnya, dalam cerita rakyat “Lutung Kasarung”, tokoh Lutung “ngupaya” dengan berbagai cara untuk menyelamatkan dirinya dan keluarganya dari bahaya.

Penggunaan Kata “Ngupaya” dalam Konteks Sastra Jawa

Kata “ngupaya” dalam sastra Jawa memiliki beberapa makna dan penggunaan, antara lain:

  • Berusaha atau Mencoba: Dalam konteks ini, “ngupaya” berarti melakukan tindakan untuk mencapai tujuan. Contohnya, “Wong kuwi ngupaya golek rejeki” (Orang itu berusaha mencari nafkah).
  • Berjuang atau Bertekad: Kata “ngupaya” juga dapat digunakan untuk menggambarkan perjuangan seseorang dalam menghadapi rintangan atau tantangan. Contohnya, “Para pejuang ngupaya merdeka saka penjajah” (Para pejuang berjuang untuk merdeka dari penjajah).
  • Mencari atau Mengejar: “Ngupaya” juga dapat berarti mencari atau mengejar sesuatu yang diinginkan. Contohnya, “Wong kuwi ngupaya ilmu kanggo nggayuh cita-citane” (Orang itu mencari ilmu untuk mencapai cita-citanya).

Contoh Penggalan Puisi atau Cerita Rakyat Jawa yang Mengandung Kata “Ngupaya”

“Ngati-ati ngupaya, ojo nganti kliwat,

Nganti tekaning panggonan, sing wus dijangkepi.”

Penggalan puisi di atas berasal dari Serat Centhini. Puisi ini menggambarkan pentingnya kehati-hatian dalam melakukan sesuatu, agar tidak melewatkan kesempatan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kata “ngupaya” dalam puisi ini mengandung makna berusaha dengan hati-hati dan penuh pertimbangan, sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal.

Penggunaan Kata “Ngupaya” dalam Berbagai Jenis Karya Sastra Jawa

Jenis Karya Sastra Jawa Contoh Penggunaan Kata “Ngupaya” Makna
Puisi Ngati-ati ngupaya, ojo nganti kliwat” (Serat Centhini) Berusaha dengan hati-hati dan penuh pertimbangan
Kakawin Rama ngupaya ngluwari Shinta saka tangan Rahwana” (Kakawin Ramayana) Berjuang untuk membebaskan Shinta dari Rahwana
Cerita Rakyat Lutung Kasarung ngupaya ngluwari awake dhewe lan kulawargane saka bebaya” (Cerita Rakyat Lutung Kasarung) Berusaha menyelamatkan diri dan keluarganya dari bahaya
Drama Para tokoh drama ngupaya nggayuh cita-citane” (Drama Jawa) Berusaha mencapai cita-cita

“Ngupaya” dalam Kehidupan Sehari-hari: Ngupaya Tegese

Dalam budaya Jawa, “ngupaya” merupakan konsep yang mendasari semangat dan perilaku dalam mencapai tujuan. “Ngupaya” tidak hanya sekadar berusaha, tetapi mengandung makna yang lebih dalam, yaitu tekad kuat, ketekunan, dan pantang menyerah dalam menghadapi tantangan hidup. Konsep ini tertanam dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Jawa, dari kegiatan sehari-hari hingga dalam menghadapi berbagai rintangan.

Contoh “Ngupaya” dalam Kehidupan Sehari-hari

Contoh “ngupaya” dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa sangat beragam. Misalnya, seorang petani yang “ngupaya” untuk mendapatkan hasil panen yang melimpah dengan cara mengolah tanah, menanam benih, dan merawat tanaman dengan penuh ketekunan. Atau seorang pedagang yang “ngupaya” untuk mendapatkan keuntungan dengan cara berjualan dengan jujur, ramah, dan selalu berusaha memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggannya. Dalam konteks pendidikan, seorang siswa yang “ngupaya” untuk meraih prestasi dengan cara belajar dengan sungguh-sungguh, mengerjakan tugas dengan penuh tanggung jawab, dan aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

“Ngupaya” sebagai Kerja Keras, Ketekunan, dan Pantang Menyerah

“Ngupaya” erat kaitannya dengan konsep kerja keras, ketekunan, dan pantang menyerah. Orang Jawa yang “ngupaya” selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik dalam setiap kegiatan yang dilakukan. Mereka tidak mudah menyerah dalam menghadapi kesulitan, tetapi justru semakin gigih dan pantang menyerah untuk mencapai tujuannya. Ketekunan dan kerja keras merupakan kunci keberhasilan dalam “ngupaya”, karena dengan tekad yang kuat dan usaha yang gigih, orang Jawa percaya bahwa segala sesuatu dapat tercapai.

Ilustrasi “Ngupaya” dalam Kehidupan Jawa

Bayangkan seorang pemuda Jawa yang ingin menjadi seorang pengusaha sukses. Ia “ngupaya” untuk mencapai tujuannya dengan cara belajar tentang dunia bisnis, bekerja keras membangun usahanya, dan pantang menyerah menghadapi berbagai rintangan yang menghadang. Ia tidak hanya berfokus pada keuntungan, tetapi juga selalu berusaha untuk memberikan manfaat bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Sikap “ngupaya” yang dimilikinya menjadi kunci keberhasilannya dalam membangun bisnis yang berkelanjutan dan bermanfaat bagi banyak orang.

“Ora ono goro-gorone, yen ora ono ngupaya.” (Tidak ada hasil yang dicapai, jika tidak ada usaha.)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *